Khamis, 21 Jun 2012





Rabu, 20 Jun 2012

Kisah Wanita Solehah Yang Buruk Rupa,


     Seorang gabenor pada zaman Khalifah Al-Mahdi, pada suatu hari mengumpulkan sejumlah tetangganya dan menaburkan wang dinar dihadapan mereka. Semuanya saling berebutan memunguti wang itu dengan suka cita. Kecuali seorang wanita kumal, berkulit hitam dan berwajah jelek. Ia terlihat diam saja tidak bergerak, sambil memandangi para tetangganya yang sebenarnya lebih kaya dari dirinya, tetapi berbuat seolah-olah mereka orang-orang yang kekurangan harta.
Dengan kehairanan Sang Gabenor bertanya, “Mengapa engkau tidak ikut memunguti wang dinar itu seperti tetangga engkau?
Janda bermuka buruk itu menjawab, “Sebab yang mereka cari wang dinar sebagai bekal dunia. Sedangkan yang saya perlukan bukan dinar melainkan bekal akhirat.”
“Maksud engkau?” tanya Sang Gabenor mulai tertarik akan keperibadian perempuan itu.”
Maksud saya, wang dunia sudah cukup. Yang masih saya perlukan adalah bekal akhirat, iaitu solat, puasa dan zikir. Sebab perjalanan di dunia amat pendek dibanding dengan pengembaraan di akhirat yang panjang dan kekal.”
Dengan jawapan seperti itu, Sang Gabenor merasa telah disindir tajam. Ia insaf, dirinya selama ini hanya sibuk mengumpulkan harta benda dan melalaikan kewajiban agamanya. Padahal kekayaannya melimpah ruah, tak kan habis dimakan keluarganya sampai tujuh keturunan. Sedangkan umurnya sudah di atas setengah abad, dan Malaikat Izrail sudah mengintainya.
Akhirnya Sang Gabenor jatuh cinta kepada perempua lusuh yang berparas hanya lebih bagus sedikit dari yang paling buruk itu. Khabar itu tersebar ke segenap pelosok negeri. Orang-orang besar tak habis pikir, bagaimana seorang gabenor bisa menaruh hati kepada perempuan jelata bertampang jelek itu.
Maka pada suatu kesempatan, diundanglah mereka oleh Gabenor dalam sebuah pesta mewah. Juga para tetangga, trmasuk wanita yang membuat heboh tadi. Kepada mereka diberikan gelas crystal yang bertatahkan permata, berisi cairan anggur segar. Gabenor lantas memerintah agar mereka membanting gelas masing-masing. Semuanya bingung dan tidak ada yang mau menuruti perintah itu. Namun, tiba-tiba trdengar bunyi berdenting, ternyata ada orang yang dianggap gila yang melaksanakan perintah itu. Itulah si perempuan berwajah buruk. Di kakinya pecahan gelas berhamburan sampai semua orang tampak terkejut dan kehairanan.Gabenor lalu bertanya, “Mengapa kau banting gelas itu?”
Tanpa takut wanita itu menjawab, “Ada beberapa sebab. Pertama, dengan memecahkan gelas ini berarti berkurang kekayaan Tuan. Tetapi, menurut saya hal itu lebih baik daripada wibawa Tuan berkurang lantaran perintah Tuan tidak dipatuhi.”
Gabenor terkesima. Para tamunya juga kagum akan jawaban yang masuk akal itu.
Sebab lainnya?” tanya Gabenor.Wanita itu menjawab, “Kedua, saya hanya mentaati perintah Allah. Sebab di dalam Al-quran, Allah memerintahkan agar kita mematuhi Allah, Utusan-Nya, dan para penguasa. Sedangkan Tuan adalah penguasa, atau ulil amri, maka dengan segala risikonya saya laksanakan perintah Tuan.”
Gabenor kian takjub. Demikian pula paran tamunya. “Masih ada sebab lain?”
Perempuan itu mengangguk dan berkata, “Ketiga, dengan saya memecahkan gelas itu, orang-orang akan menganggap saya gila. Namun, hal itu lebih baik buat saya. Biarlah saya dicap gila daripada tidak melakukan perintah Gabenornya, yang berarti saya sudah berbuat derhaka. Tuduhan saya gila, akan saya terima dengan lapang dada daripada saya dituduh derhaka kepada penguasa saya. Itu lebih berat buat saya.”Maka ketika kemudian Gabenor yang kematian isteri itu melamar lalu menikahi perempuan bertampang jelek dan hitam legam itu, semua yang mendengar bahkan berbalik sangat gembira karena Gubernor memperoleh jodoh seorang wanita yang tidak saja taat kepada suami, tetapi juga taat kepada gubernornya, kepada Nabinya, dan kepada Tuhannya.